Kamis, 14 November 2013

KEBIJAKAN LCGC, DALAM KONTEKS BISNIS DAN POLITIK

Kebijakan mobil murah ramah lingkungan yang keluarkan oleh pemerintah pada trimester ketiga tahun 2013 ini menuai banyak pro dan kontra. Sebagian pihak menilai bahwa penetapan kebijakan ini tidak sesuai dengan beberapa program dan target terdahulu yang telah ditetapkan oleh pemerintah sendiri. Misalnya target pengurangan emisi CO2 Indonesia sebanyak 26 persen di tahun 2030, serta program penyediaan sarana transportasi missal murah. Namun pada kenyataannya  mobil yang menjadi penyumbang polusi terus diperjualbelikan bahkan saat ini dihargai murah. Selain itu, program penyediaan transportasi missal murah juga dapat terhambat karena masyarakat rata – rata memiliki mobil yang konon murah itu dan infrastruktur jalan pun telah penuh sesak oleh kendaraan – kendaraan pribadi.
Sementara di sisi lain, pemerintah beralasan bahwa penetapan kebijakan murah ramah lingkungan ini tidak lain agar semua masyarakat Indonesia, termasuk mereka yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah, dapat menikmati haknya untuk memiliki kendaraan pribadi. Kebijakan yang dituangkan dalam Perpres No. 41 Tahun 2013 ini diyakini pemerintah sebagai kebijakan yang pro-poor. Melalui kebijakan ini pemerintah berusaha untuk mengakomodasi hasrat seluruh masyarakat Indonesia untuk bisa memiliki mobil pribadi.
Namun, bila ditelisik lebih jauh, nyatanya tidak semua rakyat miskin di Indonesia mementingkan kepemilikan kendaraan pribadi mobil. Banyak tokoh berpendapat bahwa yang lebih mereka butuhkan adalah sembako, bukan mobil. Kebijakan ini lantas dinilai sebagai kebijakan yang menghina rakyat Indonesia sendiri. Kebijakan ini juga dinilai lebih menguntungkan investor asing dari pada rakyat Indonesia. Dengan adanya kebijakan ini, maka perusahaan – perusahaan mobil asing akan berlomba – lomba memproduksi mobil murah untuk dipasarkan ke Indonesia. Sementara di sisi lain, hal ini berarti mematikan industry mobil nasional yang belakangan ini sedang digadang – gadang oleh beberapa pihak termasuk pemerintah.
Melihat dinamika dari kebijakan di atas, dilihat dari pola hubungan antara bisnis dan politiknya, maka menurut saya kebijakan ini mencerminkan pola hubungan Statisme. Pola hubungan statisme adalah suatu pola hubungan antara bisnis dengan politik di mana Negara menjadi penentu kebijakan ekonomi negaranya. Dalam hal ini Negara mengintervensi segala macam bentuk kegiatan ekonomi suatu Negara. Bahkan Negara juga menentukan masalah investasi baik domestic maupun asing, masalah perizinan, perburuhan, hingga yang paling ekstrem adalah Negara juga menentukan produk apa saja yang harus diproduksi oleh suatu industry atau perusahaan. System statisme ini biasanya diterapkan oleh Negara – Negara yang sedang mengejar ketertinggalan dari Negara lain. Menurut mereka yang menggunakan system ini, Negara harus mengintervensi kegiatan ekonomi sebagai indicator dari pertumbuhan agar segala kegiatan ekonomi yang dilakukan dapat terarah dan tepat sasaran. Namun, apabila system ini terlalu diagungkan lama kelamaan justru akan menimbulkan apa yang disebut dengan predatory state, intervensi yang dilakukan Negara bukan lagi menguntungkan rakyatnya melainkan justru menjadi predator bagi negaranya sendiri dengan berbagai permasalahan yang ditimbulkan.

Dalam konteks kebijakan mobil ramah lingkungan, terlihat jelas bahwa penyusunan kebijakan ini adalah kebijakan yang datangnya dari level atas Top Down Policy. Pemerintah mengatur pola investasi industry otomotif dengan mengizinkan masuknya mobil – mobil murah ke Indonesia, tanpa didahului jejak pendapat dari masyarakat atau setidaknya para ahli terkait. Potret kebijakan mobil murah ramah lingkungan ini menunjukan daya upaya Indonesia yang sedang mengejar ketertinggalan dari Negara – Negara lain melalui peningkatan jumlah kepemilikan mobil pribadi. Sayangnya upaya yang digagas pemerintah ini banyak dibatantah oleh beberapa pihak. Banyak pihak yang beranggapan bahwa untuk menjadi Negara maju, bukanlah kepemilikan mobil pribadi yang menjadi ukuran, melainkan bagaimana masyarakat kaya mau menggunakan transportasi murah missal yang disediakan pemerintah. Jika kenyataannya seperti yang kita lihat sekarang ini, maka kebijakan mobil murah ini merupakan sebuah kebijakan yang salah sasaran serta maksud intervensi pemerintah dalam bidang ini justru menjadikan Negara sebagai predator negaranya sendiri.

Selasa, 24 September 2013

MENYOAL PILKADA LANGSUNG


Tulisan ini dibuat dalam rangka Focus Group Discussion Kelompok Studi Pemerintahan Local FISIP UNDIP

Salah satu agenda reformasi tahun 1998 adalah adanya Otonomi Daerah yang seluas-luasnya. Hal ini tidak lain dikarenakan adanya keinginan untuk menerapkan demokrasi yang murni di Indonesia. Dengan penerapan demokrasi ini, maka rakyat menjadi kunci utama di dalamnya. Konsekuensinya haruslah ada pemerintah yang berpihak kepada rakyat, mau mendengar dan mengikutsertakan rakyat, dekat dengan masyarakat, serta memungkinkan rakyat mendapatkan akses yang mudah untuk mengetahui transparansi secara lebih baik. Inilah yang disebut dengan pemerintah daerah.
 Setiap pemerintah daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah. Kepala daerah untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati dan untuk kota adalah wali kota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk provinsi disebut wakil Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil wali kota. Kepala dan wakil kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban serta larangan.
Proses pengisian jabatan kepala daerah ini pada awalnya dilakukan dengan cara penunjukan oleh DPRD. Namun dewasa ini, proses ini dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh rakyat yang disebut dengan pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) yang sejak tahun 2005 Pemilukada adalah secara langsung. Dengan kata lain, masyarakatlah yang menentukan, bukan lagi DPRD. Pemilihan langsung kepala daerah ini pertama kali dilakukan di Indonesia pada tanggal 1 Juni 2005 pada saat pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kutai Kartanegara.[1]

Kamis, 05 September 2013

Pendidikan sekarang itu milik Kapitalis!

Pagi ini entah apa yang merasuk dalam tubuh saya sehingga rasanya ingin sekali saya menyoroti tentang penddikan di Indonesia. Ditemani alunan lagu dari Kenny G (ya ini adalah lagu - lagu yang selalu menemani saya belaar dari jaman saya SD), segelas Teh Thailand yang dingin, alat tulis saya yang terdiri dari beberapa bolpoint warna wari;stabilo;dan beberapa sticky note, di dalam kamar kos yang cukup luas ini, saya tertarik untuk membaca buku yang berjudul Education Policy in Decentralization Era (Arif Rohman et all). Dalam buku ini ada satu hal yang sangat menggelitik "libido" saya untuk menulis tentang fenomena pendidikan di Indonesia.

Make a sense!
Mungkin, kita sama - sama pernah mendengar atau bahkan membaca karya sahabat Eko Prasetyo yang berjudul "ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH". Mungkin bagi sebagian orang ini hyperbola atau yang lainnya dengan alasan "Ada dana BOS, siapa saja bisa sekolah". Namun, apakah enar demikian?
Mungkin dana BOS membuat Orang miskin BISA SEKOLAH (SEADANYA). Ya, kenapa seadanya? karena pendidikan yang mereka peroleh juga masih tersandung infrastruktur yang kurang memadai, dari mulai akses jalan, fasilitas sekolah (buku, ruang kelas, hingga perpustakaan), bahkan yang paling miris adalah tenaga pendidik sekalipun. Bisa dilihat di harian Kompas edisi 8 November 2012 (saya pernah baca tentang ini) yang memuat sebuah artikel berjudul "Tak ada guru, Penjaga Sekolah pun jadi"

Namun, tahukan Anda bahwa sebenarnya pendidikan di Indonesia saat ini juga sebenarnya terlahir dari sebuah rekonstruksi pendidikan? Ya, pendidkan yang selama ini kita dapat (khususnya bagi generasi reformasi seperti saya) adalah hasil perbaikan dari yang sebelumnya (meskipun belum hingar bingar pembenahannya). Pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan kebijakan, dari yang tadinya sentralistik menjadi desentralistik dimana perubahan paradigma ini mendorong satuan pendidikan untuk dapat melakukan banyak perubahan menuju pada kondisi yang lebih otonom dan profesional. Jadi, satuan pendidikan bukan lagi sebaga sekrup - sekrup kecil yang berputar sesuai dengan keinginan mesin besar, pemerintah pusat. Karena tahukah Anda bahwa ketika hanya eprperan sebagai sekrup kecil, maka sebenarnya telah terjad stupidifikasi lembaga pendidikan yang ditandai dengan nojukphobia (ini istilah yang saya buat sendiri yang artinya adalah tidak bisa tidak berpaku pada juklak dan juknis).

Disisni lain, ternyata pergeseran kutub ini juga tidak berarti menafikan munculnya persoalan baru. desentralisasi pendidikan dalam kemasan baru yakni otomisasi pendidikan justru memunculkan fenomena baru yaitu Kapitalisasi pendidikan yang lebih menakutkan dari stupidifikasi. Secara negatif, kapitalisme pendidikan menganggap bahwa jasa pendidikan adalah komodities yang dapat diperdagangkan. Jasa pendidikan bukan diarahkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan bangsa yang semakin beradab, namun untuk Profit Motive Oriented. Akibatnya pendidikan seolah hanya mengakomodir kalangan elit tertentu.

Bahkan munculnya modifikasi pendidikan sebagai konsekuensi atas menguatnya kapitalisme pendidikan menjadi semakin jelas ketika bangsa - bangsa mulai terbuka dengan apa yang disebut dengan Perdagangan Bebas, khusunya mengenai GATS (General agreement on Trade and Services) yang disepakati oleh negara - negara anggota WTO pada akhir Mei 2005. GATS mengatur liberalisasi perdagangan dalam 12 sektor jasa, yang salah satunya adalah mengenai pendidikan. Dengan demikian dengan sangat mudahnya jasa pendidikan dari luar dapat masuk ke Indonesia yang tentunya menimbulkan High Cost in Education bagi Indonesia dan peningkatan PDB bagi negara eksportir jasa tadi. Bahkan tiga negara yang sangat diuntungkan dengan liberaisasi pendidikan ini adalah Amerika, Australia, dan Inggris.

Malangnya bagi Indonesia, seharusnya dengan dibukanya kesempatan Free Trade ini, Indonesia juga memilik celah untuk melakukan ekspansi pendidikan Indonesia, baik dari sisi teknologinya, budaya dan sebagainya ke berbagai penjuru dunia dan memperoleh keuntungan dari hal tersebut. Namun, sayang sekali, Indonesia sebaga sebuah negara besar dengan lebih dari 200 juta penduduk, hanya memiliki 14% dari total jumlah penduduk untuk tingkat partisipasi dalam pendidikan tinggi. Oleh karena itu, Indonesia menjadi incaran empuk negara - negara penyedia jasa pendidikan dan pelatihan. Selain itu, rendahnya perhatian pemerintah dalam hal peningkatan mutu pendidikan nasional juga membuat Indonesia tertinggal dari standar mutu internasional. Setidaknya dua alasan inilah yang dijadikan celah oleh negara lain bersedia "diundang" ke Indonesia untuk memberikan pelatihan dan pendidikan. Bahkan, China sampai - sampi meminta Indonesia untuk membuka pintu untuk penddikan kedokteran China.

Dari hal tersebut bisa dilihat bahwa, seandainya saja Indonesia bisa mengekspor tenaga pendidiknya ke luar negeri dengan memanfaatkan perdagangan bebas yang telah disepakati, betapa banyak peningkatan PDB yang akan kita rasakan. Pastinya hal ini akan menguntungkan pendidikan domestik, karena kita tidak perlu membayar mahal untuk pemenuhan pendidikan. Semua rakyat bisa sekolah tanpa ada batasan maksimal jenjang pendidikan. Semua murah, bahkan gratis. Semua pintar, bahkan mengajari bangsa lain. Bangsa ini akan lebih terhormat. Tidak ada lagi Orang Miskin yang tidak bisa sekolah. Karena Semua bisa sekolah dan tidak miskin.
Namun, kembali lagi, kita harus lihat Behavioral Approach-nya. Kalau ada Korupsi, maka semua hancur.

Inilah sepenggal curahat hati saya mengenai pendidikan di Indonesia. Semoga bermanfaat. Dan bagi teman - teman yang merasa membutuhkan tulisan-tulisan saya, tolong cantumkan link blog saya di daftar referensi teman - teman yah. Saatnya menyantap bubur ayam yang mulai mendingin.

Selasa, 03 September 2013

Teruntuk Dirinya

Hari ini aku belajar makna dari sebuah keikhlasan
Inilah hal yang paling mudah diucapkan namun sulit untuk direalisasikan
Ketika semua orang bahkan tidak berpihak kepada kita,
ketika orang - orang terdekat meninggalkan kita disaat kita harus berjuang
Percayalah, di hari itu pula, Tuhan menguji kita untuk berpikir, merasa, dan peka terhadap
setiap untaian kecil cerita kehidupan kita sebelumnya
Maknai semua itu dengan lapang dada, dan memahami maksud alam semesta

Bahkan sebuah kata pengorbanan, bagiku sebernanya tak pernah ada
Mencintai sesuatu, apapun itu, 
Kekasih, Teman, bahkan hingga orang tua. 
Bukanlah sebuah pengorbanan
Sejatinya, apabila itu tulus dari hati, maka tidak ada satu hal pun yang mengorbankan diri atau merasa dikorbankan

Memang alam ini terkadang tidak berpihak pada kita
Ketika orang lain justru menuntut sesuatu yang tak pernah orang lain minta,
ketika yang tercinta meninggalkan kita untuk selamanya, dan takkan pernah kembali
Ketika semua pihak mempersalahkan
Inilah saat dimana saraf sensitif manusia diuji
mencari mana yang berpihak, mencari apa yang dimasud dunia

Aku disini, hanya patut meminta kepada Tuhan 
Tentang semua yang terjadi hari ini, esok, dan seterusnya

Selasa, 13 Agustus 2013

My Second Thailand, Asean Youth Exchange Program, Asean Study Center Chulalongkorn University

Lama sekali rasanya tidak menulis di blog ini. sekarang saya kembali dengan cerita saya yang baru.
Ya, cerita ini adalah cerita tentang saya dan teman - teman ASEAN saya dalam acara ASEAN Youth Exchange Program yang di selenggarakan oleh ASEAN Study Center Chulalongkorn University Thailand.

Kalau tahun lalu saya ke Chiang Mai University dan berkesempatan merasakan bangku kuliah disana, kali ini saya ke Chulalongkorn University di Bangkok. Universitas di Thailand yang konon kabarnya Universitasnya keluarga Royal dan orang-orang terpilih. Yah mungkin bisa dikatakan seperti UI nya Thailand.
Kesempatan kedua saya ke Thailand ini sedikit berbeda dengan cerita tahun lalu. Kalau tahun lalu memang niat banget dan sangat mempersiapkan diri, kemarin ini saya lebih "selow" karena 
1. Yang nyeleksi bukan orang Indonesia, tp dari Thailand Langsung
2. Peserta yang diambil dari seluruh ASEAN
3. Waktu itu mau UTS
4. Tahu informasi ini mepet deadline
5. Kirim berkas adalah H - 28 Jam sebelum deadline
karena lima alasan itu, jadi semua yang terjadi saya serahkan pada Allah SWT. Kalau memang rejeki, pasti lolos.

selain itu perbedaannya juga terletak dari bentuk kegiatannya, kalau dulu banyak belajar tentang budaya, kemarin ini lebih cenderung ke dunia Politik (saya bgt) lebih tepatnya tentang ASEAN Comunity. Selain itu di acara ini saya juga mendapat keas pengembangan diri, dan saya memilih kelas Akting dan Seni, karena memang jiwa saya ada di sana, Seni.

Acara yang dilaksanakan pada bulan Mei 2013 ini memberikan warna yang berbeda buat saya. Bisa dikatakan saya kenal semua orang di ASEAN. Saya punya teman dari 10 negara ASEAN, dan saya tidur sekamar dengan Mbak" cantik asal Myanmar. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bisa lolos ke acara semacam ini. Di acara ini saya benar - benar merasa berkembang. Meskipun awalnya sedikit malu" karena setiap hari dan detik harus ngomong pake bahasa Inggris. Takut Salah Grammar, tp oke lah let it flow. 




Di acara ini pula saya mendapat kesempatan untuk menjadi seseorang yang mempresentasikan hasil pemikiran saya tentang Education for Sustainable development di depan teman2 dari negara lain yang ternyata mereka juga menyetujui pemikiran saya yang saya adopsi dari beberapa dosen IlPem UNDIP. (Terimakasih Pak Budi atas jawaban di Chat Whats App, pak Ghulam atas cerita2nya selama kuliah, dan semua dosen lainnya). Setidaknya saya tahu bahwa mereka (temen2 dari negara lain) kadang kurang paham tentang sustainable development yang ternyata banyak korelasinya dengan study yang lain (terimakasih Kurikulum di Indonesia yang menyediakan BANYAK SEKALI mata pelajaran).

Selain itu, seperti biasa tiada acara international tanpa adegan "pamer" negara. Di kegiatan ASEAN Night, saya dan teman2 Indonesia lainnya berhasil menghipnotis temen2 lainnya dengan suguhan penampilan saman, tari jejer, fashionshow dan lagu Tanah Air. Nah di Lagu Tanah Air ini, saya sendiri sempat nangis. Baru saja saya erasakan makna lagu itu. terlebih saya dipercaya oleh teman2 Indonesia untuk jadi penyanyi lagu ini. Fix saya berkaca - kaca, merindng disco, dan rasanya pingin nyanyiin lagu ini di telingga para pejabat yang korup biar mereka sadar betapa jahatnya mereka..hahaha. Pokoknya malam itu saya bangga luar biasa jad orang Indonesia. setidaknya semangat keindonesiaan saya naik 3 level.

Skip, Asean Night, di sesi kelas Akting, saya dan kelompok saya menampilkan role play dengan tema unity. Di akhir penampilan kami, lagi-lagi saya dipercaya untuk nyanyi lagu michael jackson, We Are The World. Dan betapa syahdunya kita semua pemuda pemudi ASEAN saing berjabat tangan dan begitu akrab. Love it.

Semua memori itu masih saya ingat, terlebih saya punya banyak sahabat baru : Tarn (Thai), ThuThu(Myanmar), AR(Filipino), May(vietnam), Siang, Marsha,Joycelin(Spore), Yusof( Malaysia), Hanif, Hareef, Zammy(Brunai) dll. rasanya sedih kalau ingat hari - hari terakhir saya disana. dan janji ini masih saya ingat "NEVER SAY GOOD BYE, BUT UNTILL WE MEET AGAIN"

Selasa, 09 April 2013

INTERNALISASI NILAI – NILAI PANCASILA SEBAGAI FONDASI RESTORASI KEBIJAKAN EKONOMI – POLITIK INDONESIA BERBASIS KERAKYATAN

Artikel ini ditulis untuk lomba debat politik ceria IPB 2012 bersama Indra Diki Dewantara dan M. Agus Nurkholis


Politik dan ekonomi merupakan dua bahasan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perjalanan perkembangan politik dan ekonomi di berbagai Negara di belahan dunia pun mengalami banyak pembedaan makna tergantung pada ideologi yang dianut oleh suatu Negara, seperti paham sosialis-komunis, kaptilais, dan liberalisme. Begitu pula dengan Indonesia yang menjadikan Pancasila sebagai ideology, landasan Negara, sumber hokum, pandangan hidup bangsa, dan nilai – nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Namun, derasnya pengaruh globalisasi yang sedikit demi sedikit meruntuhkan nilai-nilai pacasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan benegara di Indonesia membuat kehidupan di dalamnya pun sudah tidak lagi mencerminkan nilai-nilai pancasila yang sesungguhnya, termasuk dalam bidang ekonomi dan politik sebagai pilar penting suatu Negara.
Seiring dengan perkembangan zaman, kondisi ekonomi-politik di Indonesia semakin memperihatinkan. Diawali dengan ketidakjelasan sistem yang semakin berbelit – belit, “proyek kebijakan” yang mengatas namakan rakyat, hingga faktor eksternal yang tidak mampu dikendalikan oleh bangsa Indonesia sendiri. Besarnya pengaruh golabalisasi pasca reformasi, telah merubah nilai-nilai fundamental ekonomi yang berpihak kepada para pengusaha “bedompet tebal” dan membunuh ekonomi kerakyatan. Fenomena demikian pun terjadi dalam kehidupan politik Indonesia yang saat ini syarat akan manipulasi dan “birokrasi persaudaraan”. Pun lebih jauh, penetapan-penatapan kebijakan yang kurang sensitif terhadap situasi dan kondisi masyarakat membuat keadaan politik dan ekonomi di indonesia sulit untuk disesuaikan dengan kebijakan yang tepat.

INDONESIA YOUTH FORUM BATCH 2

Puji Syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena ridhonya pada trimester pertama tahun 2013 ini, saya berkesempatan untuk mampu menambah pundi - pundi prestasi saya dengan terpilihnya saya menjadi salah satu Official Delegates Indonesia Youth Forum (IYF) 2013. FYI, IYF 2013 merupakan sebuah kegiatan yang dilansir oleh sebuah NGO yang bergerak di bidang Youth Empowerment dimana pada tahun ini NGO tersebut kembali menyelenggarakan serangkaian acara yang menuntut kreativitas dan jiwa kepemimpinan dari para Pemuda Indonesia.

Untuk bisa sampai menjadi Offi Delegates IYF #2 saya harus menempuh beberapa proses seleksi. Jujur saja, saya tahu tentang IYF ini dari teman kampus saya yang waktu itu mengirimkan sms link website IYF pada saat saya sedang mengikuti acara CINTA Indonesia (yang sudah saya post sebelumnya). Karena waktu itu saya sedang ribet dengan kegiatan CINTA Indonesia itu, apalagi tidak munafik saya sedang mempersiapkan diri supaya saya bisa terpilih sebagai Interfaith Ambassador maka saya tidak menggubris sms dari teman saya itu. Namun, mendekati deadline pendaftaran entah mengapa saya tiba - tiba seperti ada dorongan untuk membuka sms teman saya tadi dan mencoba membuka link yang ia berikan. Akhirnya sekitar H -1 saya memutuskan untuk mencoba kemampuan saya dengan mendaftar IYF 2013.


Sabtu, 06 April 2013

PMIP (Perkampungan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan)

Selamat Semangat Perubahan Youth....!!!!!
Kali ini saya akan membagikan pengalaman saya ketika saya mengikuti sebuah kegiatan yang O.K banget. Yap kegiatan itu bernama Perkampungan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan (PMIP). Kegiatan ini merupakan follow up dari Kongres Nasional (Kongnas) FOKKERMAPI (Forum Komunikasi dan Kerja Sama Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Indonesia). PMIP ini diselenggarakan oleh mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya, Malang.

Meskipun kegiatan ini dibawah dukungan dari FOKKERMAPI, namun kegiatan kali ini berbeda dengan kegiatan FOKKERMAPI yang sudah biasa diketahui. Jika biasanya FOKKERMAPI selalu identik dengan sidang - sidang, kali ini peserta PMIP justru dituntut untuk melakukan observasi mengenai pemberdayaan wilayah Taman Nasional, Khususnya daerah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya ini memberikan warna berbeda karena keluaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya sebuah jurnal ilmiah nasional dari mahasiswa Ilmu Pemerintahan seluruh Indonesia.

Isi dari jurnal ilmiah tersebut berasal dari observasi yang telah dilakukan di desa kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Observasi tersebut memiliki tema besar yaitu Langkah Strategis Pemberdayaan Kawasan Taman Nasional. Observasi tersebut dilaksanakan di Desa Ngadas Kabupaten Malang dan Desa Ranupani Kabupaten Lumajang, di desa inilah kami sebagai delegasi UNDIP melaksanakan observasi tentang “Kearifan Local Masyarakat Setempat Dan Perannya Dalam Pembangunan Desa Ranupani Dalam Perspektif Pertanian”

Setelah melakukan observasi, selanjutnya kami kembali ke Malang dan melaksanakan Seminar Nasional dengan tema yang sama dengan tema besar observasi. Dalam seminar tersebut, kami sebagai mahasiswa Ilmu Pemerintahan mengkaji permasalahan di sekitar Taman Nasional dalam perpektif hokum dan keadaan sosial masyarakat setempat. 

Kegiatan ini diikuti oleh berbagai mahasiswa Ilmu Pemerintahan dari seluruh Universitas di Indonesia, antara lain UNDIP (Semarang), UGM (yogyakarta), UMY(Yogyakarta), UNPAD(Bandung), UNIRA (Kupang), UNSRAT (Manado), dan UB (Malang) sendiri. Banyak cerita dan jalinan persahabatan dimulai pada acara ini. Suka dan Duka kami pikul bersama dan tanpa terasa membangun rasa solidaritas diantara kami semua. Di mulai dari Hipotermia hingga menikmati Puncak Bromo menjadi kenangan - kenangan yang tidak terlupakan.

^^,
SALAM PEMERINTAHAN

Kamis, 04 April 2013

Politik Minimarket


            Setiap orang, entah dari latar belakang apapun, pasti sangat membutuhkan keberadaan pedagang sebagai pihak yang menyediakan serta menjual apa yang kita butuhkan. Dari mulai kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, hingga kebutuhan tersier. Dengan adanya pedagang-pedagang ini, segala hal yang kita butuhkan dapat terpenuhi melalui transaksi ekonomi antara pegangan (produsen) dengan pembeli (konsumen) dengan mekanisme pasar yang berujung pada kesepakatan harga.
            Berbicara mengenai pedagang, terutama bagi mereka yang menjual kebutuhan sehari – hari, dewasa ini di Indonesia dapat kita temukan fenomena baru. Pedagang yang menjual kebutuhan sehari – hari itu tidak hanya dari segmen tradisional, pasar tradisional maupun toko – toko kelontong, namun aspek modern juga telah kerap mewarnai wajah pasar Indonesia. Hal ini bisa kita lihat dari beberapa ritel modern yang mulai menembus pasar Indonesia. Tidak dipungkiri bahwa keberadaan mereka cukup membantu dinamika kehidupan masyarakat yang semakin maju dan kompleks. Penyediaan fasilitas yang memadai, pelayanan yang ramah, tempat yang bersih serta pemanfaatan teknologi canggih dalam usaha ini nyatanya memang mampu menarik minat konsumen.

Sabtu, 30 Maret 2013

CINTAIndnesia (Go Go Interfaith)

Sekitar bulan Februari 2013 lalu, saya baru saja mengikuti sebuah acara yang sangat bagus dan mantaaaab sekali. ya acara ini adalah CINTAIndonesia. eeeeeeeeeeeeeiiittszzz ini bukan tentang Ideologi bangsa atau apaloh, tapi tentang pluralitas agama. CINTA sendiri stands for Commetee of Interfaith Tolerance Indonesia.

                                                 para pemuka agama sebagai pembicara

Di acara ini, kami diberikan kesepahaman dan pengertian tentang apa itu makna dari pluralitas dan kerukunan antarumat beragama. Keynote Speaker acara ini jelas, dari para pemuka agama - agama. Acara ini juga didukung oleh US Embassy serta dilaksanakan atas prakarsa para alumni SUSi 2012 (Study of United State Institute). 


                                                                 speach dari US Embassy



acara ini dilakasanakan selama dua hari. hari pertama dilakasanakan di @america Pasific Place Mall kawasan Sudirman Jakarta. Pada hari pertama ini kita mendengarkan penjelasan dari para pemuka agama tadi. Disamping itu juga kedatangan Ibu Allisa Wahid sebagai salah satu Guest Speakernya. Di acra ini saya menjadi tahu bahwa betapa pentingnya toleransi agama bagi Indonesia.




Hari kedua kita fieldtrip ke tempat - tempat ibadah di Jakarta. yah ibaratnya hal ini ada praktik dari teori yang kita dapat waktu itu. di hari kedua ini kami berkunjung ke Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, GPIB, Klenteng dan Pure di wilayah rawa mangun. di Pure ini clossing acara digelar. aAkhir dari acara ini adalah pemilihan Interfaith Ammbasador yang di raih oleh Ka Satri Budiman dari UI. Congrats.........

Thank You Cinta Indonesia...........


at gereja katedral

Capture me, Please (Thailand)

ini dia foto2 pengalaman di Thailand, dari kuliah sampai digendng gajah o.O
                                            ini dia foto dipeluk gajah...angeeeet loh, melebihi jacob


                                   semua delegasi foto di doi suthep, tample suci dan tertinggi di CM

       
                                                           belajar nari Thailand nih

                                                     sewaktu habis Indonesia exibition day


                                                 kita main sulap2an ditengah break kelas


                                                            Hooooreeee luluuuuuuusss

                               
                                                        menerima sertifikat tanda kelulusan


     ini waktu kita visit ke museum, dan yang saya pegang itu mainan anak2 thailand, hand made loh, ya kaya origami, tp digunting


                                                       belajar di kelas biar pinteeeeer


                                                        the end of the class and the program


                               foto sama mba kupu - kupu, liat bajunya, ini tarian tradisional sana loh


Okay sekian dulu fotonya................
                                                       













Setback Theory

okay karena saya bingung mau post apaan, ini saya post hasil tugas saya sendiri aja deh...ini di matakuliah Study Legislasi
check it out ::

Setback Theories Study Legislasi
.    Teori Sumber Kekuasaan / Legitimasi :
1.      Teori Teokrasi
Asal / Sumber kekuasaan adalah dari Tuhan. Teori ini berkembang pada jaman pertengahan, yaitu abad V sampai pertengahan abad XV. Peganut teori ini antara lain Augustinus, Thomas Aquinas dan Marsilius.

2.      Teori Hukum Alam
Teori ini menyatakan bahwa kekuasaan itu berasal dari rakyat. Dimuai dari kaum monarkomaken yang dipelopori oleh Johannes Althusius, telah mengatakan bahwa kekuasaan itu berasal dari rakyat dan asal kekuasaan yang ada pada rakyat ini tidak lagi dianggap dari Tuhan, melainkan dari alam kodrat. Kemudian kekuasaan yang ada pada rakyat ini diserahkan kepada seseorang, yang disebut raja, untuk menyelenggarakan kepentingan masyarakat.
(Sumber : Soehini, SH, Ilmu Negara, 1998, hlm. 149-150)

    Teori Pemegang Kekuasaan Tertinggi / Kedaulatan
3.      Teori Kedaulatan Tuhan
Teori ini berkembang pada abad pertengahan. Menurut teori ini kekuasaan tertinggi ada pada Tuhan atau dengan lain perkataan kekuasaan tertinggi adalah dimiliki oleh Tuhan.
Dalam perkembangannya teori ini sangat erat hubungannya dengan perkembangan agama baru yang timbul pada saat itu, yaitu agama Kristen (Katholik) yang kemudian diorganisir dalam suatu organisasi keagamaan, yaitu gereja, yang dikepalai oleh seorang Paus.

4.      Teori Kedaulatan Negara
Para penganut teori inimenyatakan bahwa kedaulatan tertinggi itu bukan pada tangan Tuhan, tetapi dimiliki oleh negara. Negaralah yang menciptakan hokum, jadi segala sesuatu harus tunduk pada negara. Negara di sini dianggap sebagai suatu keutuhan yang menciptakan peraturan – peraturan hokum. Oleh karena itu, adanya hokum itu karena adanya negara, dan tiada satu hukumpun yang berlaku jika tidak dikehendaki  oleh negara. Penganut teori ini antara lain adalah Jean Bodin dan George Jellinek.

5.      Teori Kedaulatan Hukum
Menurut teori ini yang memiliki bahkan merupakan kekuasaan tertinggi dalam suatu negara adalah hokum itu sendiri. hal ini dikarenakan baik raja maupun rakyat, bahkan negara itu sendiri tunduk kepada hokum. Semua sikap, tingkah laku dan perbuatannya harus sesuai atau menurut hokum. Jadi menurut Krabbe yang berdaulat adalah hokum.
Karena yang berdaulat adalah hokum, maka Krabbe menjelaskan bahwa sumber hokum adalah rasa hokum yang terdapat pada dalam masyarakat itu sendiri. rasa hokum ini dalam bentuknya yang masih sederhana, jadi yang masih bersifat primitive atau yang tingkatannya masih dalam instink hokum, sedang dalam bentuknya yang lebih luas disebut dengan kesadaran hokum.
Jadi menurut Krabbe hokum itu tidak timbul akibat kehendak negara, dan dia memberikan kepada hulum suatu kepribadian sendiri. selain itu hokum juga berlaku terlepas dari kehendak negara.

Jumat, 29 Maret 2013

Thailand in Action


Oke mungkin ini telat banget postingnya, maklumlah setelah sekian lama sibuk dengan ini itu baru sempet lagi nulis di blog. oke kali ini saya akan berbagi tentang pengalaman Student Exchange saya sewaktu semester 2 ke semester 3 (skrng padahal semester 4)

Thanks a lot to God, Allah SWT yang udah memberi aku kesempatan buat pergi ke Thailand sebagai salah satu delegasi dari Indonesia di pertukaran pelajar Art Immersion and Student Exchange Fieldtrip bersama ASEAN Youth Friendship Network. That was my unforgettable experiences dimana aku bisa menjadi duta budaya Indonesia bersama temen – temen dari seluruh Indonesia (kita semua ber 20, ada yang dari UGM, UNS, UI, UNPAD, Sanatadharma, UNSOED, UIN Jakarta, bahkan seharusnya adapua yang dari UNCEN Papua *wow). Oke gak usah lama – lama ini ceritaku di Thailand.

Kita berangkat dari Indonesia tepatnya dari Soekarno Hatta Intl. Airport. Waktu itu proses keberangkatan kita dibagi menjadi dua kloter. Kloter pertama diantaranya ada aku. Kita berangkat dari Indonesia tanggal 31 Agustus 2012, yah masih bau bau lebaran gitu deh.

Singkat cerita, penerbangan dari Indonesia jam 7 dan sampai di Bandara Survanabhumi Thailand sekitar jam 10.30. Petualangan ngebolangpun akhirnya dimulai. 

Dari sekian banyak delegasi itu, gak ada yang bisa bahasa Thailand, apalagi baca tulisnnya yang kriting itu. So, kita semua hanya mengandalkan bahasa Inggris. Sayangnya gak semua orang Thailand bisa bahasa Inggris. Akhirnya munculah bahasa isyarat (itu satu - satu jalan). Di Thailand, kita gak ditempatkan di Kota Bangkok, tapi di Chiang Mai. FYI, Chiang Mai adalah daerah Thailand Utara yang dulu sebagai pusat kerajaan Lanna, sedangkan Bangkok dulu dibawah kerajaan Siam. Untuk sampai ke CM, kita harus naik bis atau kereta, sebenarnya pesawat bisa sih, tapi kita mau ngirit *maklum anak kos. akhirnya kita naik kereta.

sebuah pengalaman indah naik kereta di Thailand. Mungkin saya sebagian blogger di sini udah ada yang tahu kereta di sana kaya apa, oke aku ceritain lagi. Kereta di sana enak banget loh, bisa tidur kita, karena di malam hari kursi disulap menjadi kasur. kasur itu ada yang up dan down (yang dibawah lebih mahal karena lebih luas). asik si asik, tapi yang buat ga asik adalah perjalanannya 20 jam dan keretanya berjalan sangaaaaaaaaaaaaaaat lambaaaaaaaaaaaaaaaaaaat. bahkan sama motor honda 70 aja cepet motornya ^^,

akhirnya kita sampai juga di CM pada tanggal 1 Agustus jam 4 sore..Di sana kita langsung di jemput sama LO, dan mulailah kita berbaur dengan warga CM dan pastinya mahasiswa CM.

Sempat culture shock juga disana karena begitu banyak angjing berkeliaran. selain itu jadwal kuliah yang sampe malam banget bikin kita cape juga. Tapi semua itu terbayar dengan ilmu dan pengetahuan yang kita dapat. Apalagi punya pengalaman rasanya duduk di bangku kampus Chiang Mai University itu anugrah Allah banget terlebih kita ada project ngajar Bahasa Indonesia disana.

All in All that's great moment.....(bersambung yaaaaaaaaaa --> bisa foto atau lanjutan ceritanya)