Sabtu, 30 Juni 2012

TITI KALA MANGSA (Pada Suatu Ketika)


Titi kala mangsa, atau pada suatu ketika merupakan sebuah mahakarya sujiwo tejayang pertama kali aku kenal sewaktu aku SMA. Titi Kala Mangsa, sebuah kata yang simple namun sangat bermakna. Terlepas dari makna lagu titi kala mangsa sendiri, bagi saya iya benar, titi kala mangsa memiliki banyak arti. Pada suatu ketika, ketika ketika baru saja dilahirkan, semua orang berbahagia menyambut kedatangan kita ke bumi yang indah ini. Pada suatu ketika, ketika kita mulai beranjak dewasa, ketika kita mulai belajar untuk menjalani hidup sendiri, ketika kita mulai mengenal orang lain dan berkoloni bersama mereka, ketika kita mulai menata diri dan hidup kita untuk mempersiapkan kehidupan yang matang. Pada suatu ketika, kita mulai beranjak lebih dewasa lagi, memasuki taraf kematangan hidup, dan berkecimpung dengan kehidupan yang lebih kompleks, penuh lika liku, penuh peluh, penuh canda dan tawa, penuh penghianatan, penuh cinta, penuh kasih bahkan penuh kemunafikan. Pada suatu ketika, ketika nanti kita memiliki keluarga sendiri, ketika kita menimang anak kita sendiri dan harus membagi cinta kasih kita terhadap diri sendiri, pasangan hidup dan anak-cucu kita. Pada suatu ketika, ketika kita mulai menua dan kehilangan banyak memori tentang masa – masa kejayaan diri kita. Pada suatu ketika kita ditingalkan orang  orang yan kita sayangi, anak – anak yang mulai meniti fase kehidupan yang pernah kita rasakan, orang – orang tersayang yang kemudian menghadap sang kuasa. Dan Pada suatu ketika, kita yang meninggalkan mereka.

Sebuah tulisan sangat ringan dalam kesendirian di kamar Kos, ditemani alunan smooth jazz Kenny G, disela sela persiapan UAS kebijakan public, saat temanku meminta maaf padaku.
Love you All……:*

Rabu, 20 Juni 2012

PEMIMPIN "SANTUN"


Santun, Siapa orang yang tidak tahu kata ini. Santun sangat berkaitan dengan Unggah Ungguh atau Tindak Tanduk Seseorang. Santun adalah sebuah sikap yang mencerminkan sisi baik, kalem, bersahaja, “nerimo” meskipun bukan berarti pasrah, tidak “pecicilan”, sopan, dan yah segala yang baik – baik. Bahkan menurut saya, santun berada pada posisi atau tangga yang lebih tinggi dari sekadar sopan.
Kita sudah belajar tentang santun sejak kita berada di Sekolah Dasar atau bahkan pada saat Taman Kanak Kanak (bagi sebagian yang mengenyam jenjang ini). Dulu waktu kita SD, maka wujud santun kita terhadap orang yang lebih tua yang selalu diajarkan disekolah antara lain adalah mencium tangan orang tua (berpamitan) ketika akan pergi, jalan dengan sedikit membungkukkan badan terutama bagi cultur Jawa, menyapa orang yang bertemu, menyebar senyum, dan hal – hal lainnya yang menunjukkan bahwa kita adalah pribadi yang memiliki kebaikan dan tata karma sempurna. Hal tersebut memang sangat terpuji.

Selasa, 05 Juni 2012

Mengapa? Kapan? dan Bagaimana?


            Semua pasti tidak asing lagi dengan kata Tanya Kapan, Mengapa dan Bagaimana. Pelajaran tentang hal ini sudah kita dapatkan bahkan semenjak kita berada di Sekoah Dasar. Masih sangat saya ingat pada pertengahan usia saya dalam menempuh jenjang pendidikan Dasar (sekitar kelas 4 atau 5), bu guru saya (yak arena kebanyakan guru SD adalah Bu Guru) sering memberikan saya Pekerjaan Rumah terutama untuk mata pelajaran bahasa Indonesia berupa membuat kalimat dengan kata Tanya, baik salah satu dari rumpun kata Tanya 5W+1H atau salah satunya. Dulu sewaktu saya berusia pada “zaman” itu tidak jarang saya meminta bantuan kepada kakak, orang tua, bahkan (alm) kakek saya. Rasa – rasanya membuat kalimat Tanya saja berat dan susah sekali untuk saya. Seiring dengan bertambahnya ilmu dan jenjang pendidikan saya, membuat kalimat Tanya seperti itu sudah merupakan hal yang tidak susah lagi (untuk hal – hal sepele seperti sewaktu saya SD). Namun saat ini saya kembali merasa “tergelitik” dan membangkitkan “libido” keingin tahuan saya tentang korelasi dari kata Kapan, Mengapa dan Bagaimana dengan perkembangan sebuah bangsa.
                Sepintas mungkin hasil asumsi saya ini terkesan membingungkan. Mungkin banyak yang bertanya apa hubungannya pelajaran yang saya dapat dari SD ini dengan bangsa dan Negara. Kapan, Mengapa dan Bagaimana merupakan tiga kata Tanya yang secara makna tidaklah susah. Kapan sejas menanyakan tentang waktu. Mengapa menanyakan tentang alasan, dan Bagaimana menanyakan keadaan, cara, proses, dan step/jalan. Namun setelah saya SMA saya pernah mendengar pendapat dari teman saya bahwa ia pernah berkata “moto saya itu karena saya ingin dari entrepreneur sukses maka aku harus merupah kapan menjadi bagaimana”. Dari kata teman saya itu hal yang saya tangkap adalah bahwa ketika kita membahas kapan, maka kita hanya akan berbicara mengenai waktu dan kata kapan ini selanjutnya saya asumsikan sebagai “jebakan” imajinasi. Ketika kita hanya berkutat dengan kata kapan maka kita hanya akan membahas waktu, dan apabila waktu itu (tidak sengaja) terlewat, maka selamanya kapan akan menjadi Trending Topic dalam mindset kita. Sementara ketika kita berbicara bagaimana maka disamping kita membicarakan mengenai waktu, kita juga membahas mengenai perencanaan strategis, strategi jitu, bahkan implikasi lebih jauh dari hal yang ingin kita lakukan.